Neraca Dagang Surplus, Bukti Indonesia Memang Resesi

Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin
mengatakan, beberapa masalah yang mungkin sulit untuk dihadapi adalah buruknya
ekspektasi terkait pertumbuhan ekonomi kedepan seandainya terjadi surplus yang
membuat arus investasi barang modal dan bahan baku produksi mengalami gangguan
yang serius.
Besaran surplus tersebut memberikan indikasi kuat bahwa
ekonomi nasional belum akan mampu berakselerasi lebih baik di waktu yang akan
datang. Sulit berharap kalau ekonomi akan tumbuh jika investasi yang tercermin
dari perlambatan impor barang modal dan bahan baku terus terjadi. Karena impor
tidak selamanya buruk.
“Justru impor dari sudut pandang lainnya menunjukan adanya
geliat ekonomi, yang bisa menjadi harapan baik bagi perekonomian nasional.
Khususnya ditengah masa pandemik seperti yang terjadi sekarang ini,” kata
Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (15/10/2020)
Surplus neraca perdagangan memang akan membuat Bank Indonesia memiliki ruang yang
lebih longgar dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Sementara kalau dari
sisi akselerasi pertumbuhan ekonomi, justru surplus ini menjadi indikasi lain
kurang baik bagi proses pemulilhan ekonomi nasional.
“Resesi yang tengah kita hadapi sekarang ini dipertegas
dengan adanya surplus dari neraca dagang yang berkepanjangan. Indonesia
membukukan surplus transaksi berjalan selama 5 bulan berturut turut. Jadi
selama pandemik covid 19, aktifitas ekonomi terus melambat dan bahkan mencetak
realisasi angka negative,” tutupnya.
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Neraca Dagang Surplus, Bukti Indonesia Memang Resesi"
Posting Komentar