Baik-Buruk Libur Panjang Nataru Tak Dipotong

Tidak bisa dipungkiri kalau libur panjang belanja masyarakat
akan naik. Dipastikan bahwa saat libur natal dan tahun baru, akan ada banyak
wisatawan baik dalam dan luar negeri yang akan berlibur. Semakin panjang
liburan maka semakin banyak pengeluaran yang dihabiskan.
“Untuk rata-rata pengeluaran libur akhir pekan saja (2
hari), seorang wisatawan lokal itu bisa menghabiskan belanja dikisaran Rp500
ribu hingga Rp1 juta. Di luar biaya transport, penginapan atau biaya lainnya.
Jadi akan ada banyak uang yang menguap kalau libur panjang di potong. Pengusaha
kuliner, penginapan, pedagan souvenir, jasa travel, pedagang tradisional yang
paling dirugikan dengan kebijakan tersebut,” ujar pemerhati ekonomi di Medan, Rabu
(25/11/2020).
Gunawan mengatakan, yang jadi pertanyaan besar, pada saat libur
panjang ditengah pandemi dan resesi, seberapa kuat daya beli masyarakat kita.
Artinya jika libur panjang tidak
dikurangi, maka besar kemungkinan adalah geliat ekonomi saat berwisata tidak
akan sebaik tahun sebelumnya.
“Jadi kalau libur panjang tidak dikurangi, belanja
masyarakat pun tidak akan sebaik
tahun-tahun sebelumnya,” kata Gunawan.
Tetapi tetap, belanja masyarakat ini menjadi salah satu
motor penggerak ekonomi di kuartal keempat tersebut. Mengurangi libur panjang,
berarti mengurangi ekspektasi pemulihan ekonomi di kuartal keempat tahun 2020
ini.
Nah, bagaimana seandainya jika libur tidak di pangkas, maka
konsekuensinya adalah penambahan jumlah kasus covid 19. Yang lagi-lagi akan
menjadi beban ekonomi pemerintah baik pusat maupun daerah. Berkaca pada libur
panjang sebelumnya. Sepekan setelah liburan, penambahan jumlah kasus covid 19
kembali menyentuh diatas 4000-an orang.
Jadi keputusan ada di pemerintah. Secara makro dampak dari
kebijakan pemangkasan libur itu akan membuat belanja masyarakat sedikit lebih
tertahan. Dan lebih sedikit memberikan multiplier efek yang besar bagi ekonomi.
Di tatanan masyarakat (mikro) masalahnya tak kalah rumit.
Masyarakat yang sudah terlebih dahulu memesan tiket perjalanan, penginapan atau
sudah punya rencana lain tentunya dibuat pusing jika seandainya kebijakan hari
libur NATARU dipangkas. Dan sudah pasti kebijakan pemangkasan libur NATARU akan
mendapat resistensi dari pengusaha di sektor wisata.
Dari plus minus kebijakan pemangkasan libur tersebut menurut
Gunawan, ia justru melihat opsi
pemerintah untuk memotong liburan sangat kecil. Penyebaran Covid 19 memang yang
jadi isu utama. Tapi pemerintah akan kesulitan mempertimbangkan dampak
ekonominya.
“Jadi menurut hemat saya pemerintah nantinya tidak akan
berubah sikap. Mungkin yang ditekankan adalah pelaksanaan protokol kesehatannya.
Memangkas hari libur dari wacana sebelumnya, terlihat mudah, tapi sulit
diimplementasikan,” pungkasnya. (Red)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Baik-Buruk Libur Panjang Nataru Tak Dipotong"
Posting Komentar