Pemerintah Siapkan Rencana Induk Pengembangan Terpadu Candi Borobudur

Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
menjelaskan masalah utama yang tengah dihadapi Candi Borobudur berupa tekanan
besar terhadap struktur candi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan wisatawan Candi,
yang mencapai 8.000 orang per hari pada 2019. Sementara, hasil studi Balai
Konservasi Borobudur menunjukkan bahwa idealnya kawasan puncak Candi Borobudur
hanya mampu menampung maksimal 128 pengunjung per sekali kunjungan setiap
harinya.
“Saat ini pemerintah
tengah melakukan penajaman dan penerapan Rencana Induk Pariwisata Terpadu
Borobudur-Yogyakarta-Prambanan untuk mengembangkan Destinasi Pariwisata Super
Prioritas (DPSP) Borobudur menjadi pariwisata berkualitas,” ujarnya saat
melakukan kunjungan lapangan di Magelang, Jawa Tengah, Jumat (12/03/2020).
Luhut
menyatakan, Pemerintah akan menyiapkan
kawasan Candi Borobudur menjadi laboratorium konservasi cagar budaya bertaraf
internasional.
“Untuk
memastikan agar dampak pelestarian Candi Borobudur ini berkelanjutan, kita akan
melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satunya peran mahasiswa, untuk
memperdalam studi kawasan Borobudur sehingga tumbuh sense of belonging terhadap
kawasan ini. Dengan demikian, akan tumbuh rasa bertanggung jawab untuk merawat
dan melestarikan peninggalan ini hingga ke generasi mendatang,” jelasnya.
Dalam
kunjungan untuk memantau progres pengembangan DPSP Borobudur, Menko Marves
didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makariem, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Wamenparekraf Angela
Tanoesoedibjo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Jenderal Cipta
Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti dan Direktur Jenderal Bina Marga
Kementerian PUPR Hedy Rahadian. Rombongan meninjau titik pembangunan Lahan
Otorita Borobudur mencakup Lapangan Samigaluh, Kampung Seni Borobudur atau
Lapangan Kujon, Kembanglimus Community Center, Gerbang Palbapang, Manohara
Study Center dan Concourse Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Optimasi Potensi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengemukakan Candi Borobudur menyandang beberapa status, yaitu Warisan Dunia, Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, Kawasan Strategis Nasional, Obyek Vital Nasional, dan terakhir sebagai salah satu DPSP. “Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengedepankan pembenahan keseluruhan tata kelola dari perlindungan sampai pemanfaatan untuk memaksimalkan potensi kawasan ini,” ungkapnya.
Nadiem mengatakan,
ada beberapa hal yang akan diatur dalam rencana pengelolaan terpadu Candi
Borobudur. Hal-hal tersebut antara lain peningkatan fasilitas interpretasi dan
informasi mengenai nilai penting Kompleks Candi Borobudur, peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan sumber daya alam, pengembangkan pariwisata berkelanjutan
yang mendukung pelindungan Kompleks Candi Borobudur dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, peningkatan kegiatan konservasi cagar budaya di
kawasan, serta perbaikan tata kelola.
“Pengembangan atraksi-atraksi penunjang pada sejumlah titik di sekitar Kompleks Candi Borobudur sejatinya bertujuan untuk menyebar kunjungan wisata, sehingga mengurangi beban pada Candi Borobudur itu sendiri. Hal ini harus selaras dengan semangat melindungi lansekap budaya Kompleks Candi Borobudur,” tuturnya.
Infrastruktur
Terpadu
Dari aspek infrastruktur, pembangunan infrastruktur DPSP Borobudur direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pembangunan infrastruktur.
Guna
meningkatkan kualitas layanan jalan dan jembatan, pada TA 2020 Kementerian PUPR
melalui Ditjen Bina Marga diantaranya menyelesaikan preservasi Jalan Pringsurat
– Secang – Keprekan sepanjang 8,5 Km dan jembatan sepanjang 154,7 meter serta
Preservasi Jalan Keprekan – Muntilan – Salam sepanjang 8,9 Km dan jembatan 14
meter.
“Untuk
pariwisata, pertama yang harus diperbaiki adalah infrastrukturnya, kemudian
amenities dan event, baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap,
wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Itu yang harus kita jaga
betul. Prinsipnya adalah merubah wajah kawasan dengan cepat, terpadu, dan
memberikan dampak bagi ekonomi lokal dan nasional,” kata Direktur Jenderal Bina
Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian.
Di Bidang
Sumber Daya Air, pembangunan infrastruktur dikerjakan Ditjen Sumber Daya Air
diantaranya membangun prasarana pengendali banjir pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bogowonto dan Sungai Serang di Pantai Glagah untuk mengurangi risiko
banjir Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA) di Kulon Progo. Terdapat
4 pekerjaan yang dilaksanakan yakni pembangunan Pengaman Muara Sungai Bogowonto
Sisi Barat dan Timur, prasarana banjir Sungai Bogowonto, dan prasarana pengendali banjir Sungai Serang.
Infrastruktur
pengendali banjir dibangun untuk melindungi dan mengamankan kawasan strategis
Bandara YIA dari banjir seluas 600 Hektar dan kawasan pertanian serta
permukiman di Kecamatan Temon, Panjatan, dan Wates di Kabupaten Kulon Progo
serta Kecamatan Purwodadi, Bagelen, dan Ngombol di Purworejo seluas 2000
Hektar.
Kementerian
PUPR melalui Ditjen Cipta Karya juga melakukan penataan kawasan dan
infrastruktur permukiman seperti pembangunan gerbang sebagai penanda masuk
melalui 4 koridor utama ke arah Candi Borobudur yakni Gerbang Blondo sebagai
pintu masuk dari arah Semarang, Gerbang Palbapang dari arah Yogyakarta, Gerbang
Kembanglimus dari arah Purworejo, dan Gerbang Klangon dari arah Kulon Progo
yang telah selesai pengerjaan. Kemudian penataan Kampung Seni Borobudur untuk
mewadahi pemindahan area parkir dan pedagang dari Zona 2 di Kompleks Candi
Borobudur ke Zona 3 di Lapangan Kujon. Selanjutnya juga sedang dilaksanakan
pembangunan jaringan perpipaan untuk mendukung Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Borobudur dengan kapasitas 30 liter/detik dan 300 Sambungan Rumah (SR),
pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) di 12 Desa
yang dilaksanakan melalui program padat karya serta penataan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Piyungan seluas 12,5 Hektar untuk pengelolaan persampahan skala
regional.
Selain itu,
Dukungan DPSP Borobudur mencakup pembangunan Sarana Hunian Pariwisata
(Sarhunta) sebanyak 821 unit dengan anggaran Rp 50,6 miliar. Bantuan diberikan
dengan meningkatkan kualitas rumah masyarakat di sepanjang koridor tempat
pariwisata melalui mendorong pengembangan usaha pondok wisata (homestay) dan
usaha pariwisata lainnya bagi masyarakat di sekitar Candi Borobudur.
Tiga
Strategi
Menteri Parekraf/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menjelaskan, pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di DPSP Borobudur akan dilakukan dalam tiga pilar strategi, yakni inovasi, adaptasi dan kolaborasi.
Inovasi dengan memanfaatkan teknologi perlu dilakukan untuk dapat memetakan potensi bisnis sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan inovasi, pelaku usaha bukan cuma bisa bertahan tapi juga bisa menangkap peluang bisnis.
Sementara adaptasi, yakni dalam situasi pandemi saat ini harus dapat mendahulukan kesehatan dan keselamatan di setiap destinasi pariwisata dan kegiatan pariwisata termasuk di setiap lini ekonomi kreatif dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Berikutnya kolaborasi, yakni bekerja sama dengan berbagai pihak pemangku kepentingan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Beberapa
program yang akan dijalankan adalah pengembangan amenitas dan aksesibilitas di
Kawasan Otoritatif Badan Otorita Borobudur. Termasuk pengembangan kompetensi
SDM dan Industri Pariwisata, promosi dan publikasi produk wisata dan kegiatan
(event), juga revitalisasi destinasi wisata.
“Juga
program stimulus bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk dapat
bangkit dari pandemi Covid-19,” kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Program
stimulus yang akan dijalankan, bekerja sama dengan kementerian dan lembaga
terkait adalah Dana Hibah Pariwisata yang tahun ini akan ditingkatkan dan
sasaran penerima yang diperluas. Juga stimulus dengan skema pinjaman lunak
jangka panjang dengan bunga dibawah KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Selanjutnya
adalah pengembangan Desa Wisata, yang merupakan bagian dari pada pilar
terpenting dari pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif ke depan. Sesuai
RPJMN 2020 – 2024, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan sebanyak 244 desa
wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024. Dari 244 desa
wisata, sebanyak 150 desa wisata berada di 5 Destinasi Super Prioritas,
termasuk DPSP Borobudur dan akan diperluas.
“Program ini
harus mencakup desa wisata di setiap DPSP. Kita harapkan desa wisata ini akan
mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan membuka lapangan kerja. Dan
tentunya, pengembangan desa wisata menekankan aspek berkelanjutan,” jelas Sandiaga.
Kemudian, pemerintah juga menyiapkan program sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) gratis bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di DPSP Borobudur. Sertifikasi ini merupakan panduan protokol kesehatan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian penularan Virus Corona.
Selanjutnya, Kemenparekraf akan memfasilitasi digitalisasi para pelaku ekonomi kreatif. Program digitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi, tidak hanya scale up (meningkatkan) SDM saja, tapi juga mendorong SDM parekraf bisa menghasilkan produk yang berkualitas. (*)
(Magelang)
Belum ada Komentar untuk "Pemerintah Siapkan Rencana Induk Pengembangan Terpadu Candi Borobudur"
Posting Komentar