Kemendag Dukung Kolaborasi JFX dan AEKI Dalam Edukasi Perdagangan Berjangka Kopi

“Pemerintah menyambut terbuka dan
mendukung berbagai pihak yang berniat paik dalam membantu meingkatkan
kesejahteraan masyarakat, terutama petani kopi. Diharapkan
penandatanganan MoU antara JFX dan AEKI dapat
diimplementasikan dengan baik dan memberi manfaat yang besar bagi para pemangku
kepentingan, yaitu eksportir dan industri kopi Indonesia,“ ujar Wamendag Jerry seusai menyaksikan penandatanganan MoU.
Kepala Bappebti Sidharta Utama yang turut hadir dalam acara
tersebut menyampaikan, tingkat pertumbuhan transaksi kopi cukup signifikan. Berdasarkan data transaksi di BBJ, hingga kuartal
III 2020, volume transaksi kopi naik 63,06 persen (YoY) dengan kontribusi kopi
terhadap total volume transaksi mencapai 33,4 persen. Total transaksi kontrak
komoditi di kuartal III 2020 lalu tercatat sebesar 1,24 juta lot, dengan
kontrak size kopi jenis Robusta sebesar 5 ton dan Arabika sebesar 2 ton. Dengan tingkat harga saat
ini yaitu Robusta di kisaran harga Rp19.700--Rp20.800/kg
dan Arabica Rp68.000-- Rp71.000/kg, kopi akan tetap menarik untuk
diperjualbelikan di JFX. Sidharta juga
menyampaikan, industri kopi memiliki karakteristik backward lingkage yang cukup besar.
“Majunya industri ini akan mendorong berkembangnya
sektor pendukung seperti perkebunan kopi, baik perkebunan kopi rakyat maupun
perkebunan skala besar milik BUMN dan swasta nasional,” imbuhnya.
Dirut JFX Stephanus menjelaskan, penandatangan MoU dengan AEKI ini merupakan terobosan baru JFX sebagai perwujudan kolaborasi antara institusi dan asosiasi dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan edukasi guna meningkatkan pemahaman, fungsi dan peran dari perdagangan berjangka khususnya kontrak komoditi kopi. Tentunya hal ini akan terus dikembangkan kepada asosiasi-asosiasi lain yang ada.
“JFX akan terus mengembangkan dan berperan aktif dalm setiap kegiatan sosialisasi dan edukasi perdagangan berjangka di Indonesia, serta terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan pasar di Indonesia,” kata Stephanus.
Sementara itu, Ketua AEKI Irfan menegaskan, penandatangan MoU diharapkan mampu meningkatkan kerja sama dalam bidang sosialisasi dan edukasi untuk membangkitkan komoditi di Indonesia, khususnya kopi. Kopi dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk menjaga ketersediaan kopi, memanfaatkan sarana lindung nilai (hedging), dan pembentukan harga. Selain itu juga dalam bidang edukasi untuk menciptakan pelatihan profesi kopi seperti barista.
“Apalagi saat ini harga kopi masih belum
kembali normal meski sudah mengalami kenaikan setelah sempat turun sekitar 30%
akibat pandemi,” ujar Irfan didampingi Ketua AEKI Sumut Saidul Alam.
Usai
penandatanganan, JFX menyerahkan beasiswa secara simbolik kepada anak-anak
difabel untuk dapat bersekolah di sekolah khusus barista (peracik kopi) yang
dikelola AEKI. Yang diharapkan dari program ini adalah agar anak-anak difabel
dapat menjadi tenaga terlatih dan terampil untuk siap kerja sehingga memiliki
kesempatan dalam lapangan pekerjaan di industri kopi. Pada kesempatan yang sama, para tamu dan
undangan diajak untuk melihat proses pemanggangan biji kopi.
Sekilas tentang Kopi Indonesia
International
Coffee Organization mencatat, tingkat konsumsi kopi di Indonesia terus tumbuh hingga mencapai 5 juta bushel (satuan 60 kg karung kopi) pada
2020. Hal itu merupakan potensi pasar yang besar dan sangat menjanjikan serta
memiliki tren positif untuk dapat terus bertumbuh.
Indonesia
merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kopi terbesar dunia. Setiap
daerah memiliki cita rasa kopi yang berbeda tergantung letak geografisnya.
Produk kopi dari daerah Gayo, Sumatera Utara, Toraja, Lampung, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur hingga Papua telah dikenal luas sejak lama di dunia
internasional. Data areal kopi nasional tahun 2018 tercatat seluas 1,23 juta
hektare dengan produksi sebanyak 717,9 ribu ton. Kepemilikannya 96 persen
perkebunan rakyat, sisanya sebesar 4 persen milik swasta dan PTPN. Luas areal
perkebunan kopi terbesar di Indonesia terdapat di Sumatra Selatan dengan luas
21.027 ha.
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor kopi hingga Juli 2020 mencapai 186,8
ribu ton. Jumlah tersebut naik 10,69 persen dibandingkan pada periode yang sama
tahun sebelumnya, walaupun nilai ekspornya turun 8,01 persen. Rata rata tingkat
produktivitas kopi Indonesia adalah 794 kg/ha, dengan tingkat produktivitas
tertinggi di daerah Sumatera Utara dengan 1080 kg/ha.
Ekspor kopi alam Indonesia telah menjangkau lima benua yaitu Asia,
Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa pasar utama di Eropa. Pada
2019, negara pengimpor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat (58,67 ribu ton
atau USD253,87 juta), Malaysia (36,90 ribu ton atau USD62,94 juta), Italia
(35,45 ribu ton atau USD60,35 juta), Mesir (34,29 ribu ton atau USD59,06 juta),
dan Jepang (25,59 ribu ton atau USD68,57 juta). (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Kemendag Dukung Kolaborasi JFX dan AEKI Dalam Edukasi Perdagangan Berjangka Kopi"
Posting Komentar