Tak Terima Perlakuan Arogan Pengawal Bobby Nasution, Jurnalis Kota Medan Unjuk Rasa

Hani,
jurnalis yang mengalami perlakuan tidak mengenakkan dari Paspampres dalam
orasinya mempertanyakan keterbukaan informasi yang Bobby Nasution sampaikan saat
kampanye lalu.
“Setiap
doorstop kami dibatasi pertanyaannya. Dimana pemimpin tapi rakyat bertanya
dibatasi. Pemimpin macam apa itu?,” teriak Hani.
Hani juga mempertanyakan
aturan yang mewajibkan wartawan untuk meminta ijin terlebih dahulu ke kabag
umum setiap akan wawancara doorstop.
“Bapak itu
pejabat publik Pak, tolong pahami lagi. Jangan persulit kami. Kami disini bukan
minta uang atau apa, kami butuh
informasi,” tegasnya.
Ketua AJI
Medan Liston Damanik yang ikut dalam aksi menyebutkan, aksi ini merupakan puncak
dari keresahan jurnalis yang selama ini merasakan kesulitan dalam mengakses
informasi, terutama saat ingin mewawancarai Wali Kota Bobby Nasution. Untuk itu
Liston berharap, Bobby Nasution dan bawahannya bisa mengingat lagi kalau jurnalis adalah pekerja publik yang dilindungi
undang-undang.
“Menghalangi
kerja jurnalis berarti melawan
undang-undang,” sebut Liston dalam orasinya.
Liston juga
menegaskan, jurnalis bekerja untuk publik, dan sebagai pejabat publik, Bobby
harus menjelaskan apa saja kerja yang telah diperbuatnya sebagai wali kota
Medan. Karena publik perlu tahu apa saja
kinerja pemimpinnya.
“Karena itu,
kami menuntut agar Bobby meminta maaf kepada jurnalis Kota Medan. Dua orang rekan
kami yang disakiti, kami semua merasa
tersakiti,” kata Liston.
Sebelumnya
secara terpisah, Ketua PWI Sumut Hermansjah ketika diminta tanggapannya mengatakan,
Persatuan pihaknya mengkritik sistem pengamanan terhadap Wali Kota Medan Bobby
Nasution yang berlebihan. Apalagi sampai mengusir wartawan yang hendak
menjalankan tugas jurnalistiknya.
Hermansjah,
mengatakan seharusnya menantu Presiden Jokowi itu lebih welcome atau terbuka
dengan wartawan.
"Tidak
boleh polisi, paspampres menghalangi tugas jurnalistik wartawan, karena
wartawan bekerja juga dilindungi UU," katanya.
Hermansjah
membandingkan sosok Bobby Nasution dengan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. Sebagai mantan Pangkostrad atau pensiun TNI
berpangkat jendral bintang 3 justru lebih terbuka dan welcome terhadap
keberadaan wartawan.
"Harusnya
Wali Kota meniru apa yang dilakukan Gubernur," sambungnya.
Sebagai Wali
Kota Medan yang baru, dan status sebagai menantu orang nomor satu di Indonesia,
Hermansjah menilai Bobby Nasution wajar mendapatkan perhatian lebih dalam
merealisasikan visi misinya.
"Wartawan
butuh narasumber yakni wali kota. Seharusnya dia juga kalau gak mau doorstop
buat kegiatan yang bisa menjadi saluran untuk wartawan bertanya visi misinya
sebagai wali kota," tambahnya.
Sebelumnya
ramai diberitakan, sejumlah jurnalis
berniat melakukan wawancara doorstop ke Wali Kota Bobby Nasution. Tetapi niat
tersebut dihalang-halangi. Awalnya larangan untuk mewancarai datang dari satpol
PP yang bertugas. Setelah itu, anggota Polisi yang ditugaskan berjaga kembali
mendatangi wartawan dan meminta untuk tidak melakukan wawancara.
Tak lama setelah
itu, salah seorang anggota Paspampres kembali melarang, bahkan mengatakan bahwa
wawancara doorstop harus dilakukan setelah mengajukan ijin ke bagian umum atau
pun humas.
“Istilahnya
kan kerjaan kalian dari kantor kan, cuman kan mas, mbak juga tau kalau
mengganggu ketenangan orang, kenyamanan orang juga ada pasalnya kan?,” ujar
salah seorang anggota Paspampres. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Tak Terima Perlakuan Arogan Pengawal Bobby Nasution, Jurnalis Kota Medan Unjuk Rasa"
Posting Komentar