Survei GoBankingRates : Generasi Milenial Dinilai Lebih Boros
Dari survei tersebut juga terlihat kalau banyak
individu yang menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang sifatnya tidak esensial,
seperti kopi, makan di luar, hiburan, pakaian, dan minuman.
Kepala Kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan
Sumatera Utara (Sumut) Pintor Nasution mengatakan, ketika dikelompokkan
berdasarkan kelompok usia, generasi milenial menghabiskan uang lebih banyak
dibandingkan generasi lainnya secara keseluruhan, terutama untuk pakaian dan
makan di luar.
Padahal, jika anak-anak muda ini mau menghilangkan
kebiasaan membeli kopi setiap hari atau pengeluaran lainnya yang tidak perlu,
mereka dapat mengumpulkan uang lebih
banyak dari waktu ke waktu.
“Apalagi, jika anak-anak dan pasangan muda mau
menggunakan uang itu untuk berinvestasi,” ujar Pintor Nasution di Medan, Sabtu
(22/5/2021).
Nah, apa bedanya tabungan yang digunakan orang-orang
tua masa lalu dengan investasi?
Pintor menjelaskan, kalau dulu, bunga tabungan masih
memadai untuk mengatasi kenaikan harga barang dan jasa yang tidak selaju saat
ini. Sementara itu, bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakan
warga negara konsumen, tingkat inflasi kenaikan barang pada jangka panjang akan
melampaui tingkat suku bunga jika menabung di bank saja.
Terlebih lagi, semakin lama dan semakin maju sebuah
negara, tingkat suku bunga akan mengecil. Selain itu, kenaikan pendapatan
secara umum belum tentu dapat mengungguli kenaikan harga barang.
Jadi, cara yang paling ideal untuk mempersiapkan
kebutuhan di masa depan adalah dengan membagi porsi yang optimal dari dana yang
disisihkan di luar kebutuhan pokok untuk berinvestasi.
Jadi ingat, investasi selayaknya bukan ditujukan untuk
jangka pendek. Bukan investasi sekarang dan nikmati hasilnya satu minggu, satu
bulan, atau satu tahun, melainkan idealnya investasi dilakukan untuk kebutuhan
sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun ke depan.
“Nah, salah satu pilihan investasi jangka panjang yang
memberi potensi return terbesar adalah dengan membeli saham di pasar modal,” jelasnya.
Ditambahkannya, jika ada sekelompok investor yang
berinvestasi dalam jangka pendek dengan memanfaatkan strategi teknikal dari
kenaikan dan penurunan harga saham yang dinamis di Bursa Efek Indonesia (BEI),
hal ini lebih tepat disebut sebagai spekulasi dibandingkan investasi.
Dibandingkan investasi yang memang fokus pada tujuan
jangka panjang, para investor spekulan harus punya pengetahuan menganalisis
fluktuasi saham dan siap untuk kehilangan dana investasinya sewaktu-waktu.
Sehingga, harus punya nyali yang kuat saat terombang-ambing oleh arus fluktuasi
pasar.
Di sisi lain, investor jangka panjang bisa tetap
tenang karena hasil yang diinginkannya bukan untuk waktu yang singkat.
Seperti yang lazim diketahui, salah satu keuntungan
dari investasi saham adalah dari selisih harga jual dan beli yang disebut
capital gain. Selain itu, ada pula keuntungan dalam bentuk dividen saham yang
dibagikan tiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham.
Sehingga, jika kita membeli saham dengan harga rendah,
akan semakin berpotensi memberi keuntungan besar dalam jangka panjang.
“Dengan catatan, abaikan fluktuasi dalam jangka pendek
jika kita meyakini kinerja perusahaan secara internal baik,” tambahnya.
Untuk itu, Pintor kembali menyarankan untuk menyimpan uang dalam jangka
panjang lebih awal sebelum menggunakan uang yang dimiliki untuk berbagai
kebutuhan dan keinginan. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Survei GoBankingRates : Generasi Milenial Dinilai Lebih Boros "
Posting Komentar