Kebijakan Mitigasi Learning Loss Mendesak untuk Dijalankan
Lensamedan - Pemangku kepentingan pendidikan perlu
segera mengambil kebijakan sebagai bentuk mitigasi mengurangi dampak learning
loss akibat pandemi Covid 19.
Apalagi pandemi ini telah menyebabkan 33 ribu siswa SD
putus sekolah dan 1,2 juta siswa belum mendapatkan akses pendidikan yang layak
karena imbas dari pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan.
Hal ini terungkap dalam webinar Kolaborasi Pemangku
Kepentingan dalam Mengatasi Learning Loss yang diselenggarakan Tanoto
Foundation, Senin (31/5/2021).
Learning loss merupakan suatu kondisi hilangnya atau
menurunnya kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik yang
diakibatkan terhentinya proses pembelajaran atau proses belajar yang tidak
bermakna.
Kebutuhan PTM Terbatas
Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru
Kemendikbudristek, Praptono, dalam webinar itu menyebut, pemerintah berkomitmen
akan menyelenggarakan pembukaan sekolah tatap muka terbatas pada Juli 2021,
sebagai salah satu upaya mengatasi learning loss.
Pembukaan sekolah menurutnya tidak akan dalam bentuk
massal, melainkan bertahap, dan memaksimalkan sosialisasi.
“Pembukaan sekolah tetap melaksanakan protokol
kesehatan untuk menciptakan proses pembelajaran tatap muka yang aman bagi
anak,” kata Praptono.
Kebutuhan terlaksananya pembelajaran tatap muka (PTM)
terbatas sudah tidak bisa ditunda lagi.
Survei Kemendikbudristek menunjukkan sekitar 64 persen
orangtua berharap anak dapat kembali ke sekolah, dan 52 persen guru berharap
pembelajaran kembali normal.
"Bahkan 85 persen negara di Asia Pasifik sudah
melakukan PTM terbatas. Indonesia salah satu negara yang belum sepenuhnya
melakukan PTM terbatas, jadi ini merupakan hal yang harus diutamakan,"
jelas Praptono.
Pembelajaran Bermakna untuk Atasi Learning Loss
Untuk mengurangi terjadinya learning loss, spesialis
pendidikan Tanoto Foundation, Golda Simatupang mendorong sekolah menerapkan
pembelajaran bermakna yang mendorong siswa lebih banyak mengalami, interaksi,
komunikasi, dan refleksi atau MIKiR.
Survei Tanoto Foundation pada 2.218 siswa di 454
sekolah mitra menunjukan sekitar 48,3 persen siswa senang belajar dari rumah.
Alasannnya, 41 persen siswa menyebut pembelajarannya menarik dan menyenangkan,
sedangkan 31 persen siswa mengaku mendapat pengalaman belajar yang bermakna.
"Jika MIKiR sudah terlaksana dengan baik maka
akan timbul kemandirian belajar sehingga siswa makin terdorong untuk belajar
karena minatnya bukan karena disuruh guru. Secara tidak langsung hal tersebut
dapat mengatasi masalah learning loss yang muncul selama pandemi," jelas
Golda.
Tanoto Foundation juga tengah mendesain pelatihan
dengan untuk menanggulangi learning loss.
“Kami menyiapkan pelatihan untuk 840 fasilitator
melakukan assessmen diagnostik pada saat PTM terbatas dimulai. Mereka dilatih
untuk mengetahui level kemampuan siswa atau tingkat learning loss selama
pandemi dan upaya untuk mengatasinya,” kata Golda lagi.
Buat Portal Pembelajaran Sekolah dan PTM Terbatas
Sementara Kepala SDN 06 Sei Suka Deras, Batu Bara,
Sumatra Utara, Sri Siswati mengatakan, untuk memastikan
siswanya mendapatkan akses pembelajaran, Ia menggunakan beragam pendekatan.
Mulai belajar daring, memanfaatkan siaran pembelajaran
TVRI, sampai kunjungan ke rumah untuk membantu siswa belajar.
“Dari 320 siswa disekolah saya, 85 persennya memiliki
gadget atau hanphone android untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh sebelum
program pembelajaran tatap muka kami laksanakan, namun hanya 25 persen saja
diantaranya yang kurang terampil dalam menggunakan aplikasi pembelajaran online
seperti hanya mampu menggunakan aplikasi whatsapp, keterbatasan signal atau
kuota menjadikan pembelajaran daring tidak dapat diikuti sesuai jadwal”. Ungkap
Sri
Setelah sekolahnya mendapat izin melakukan PTM
terbatas dari Dinas Pendidikan, Sri membuat sosialisasi dan kesepakatan kepada
orangtua agar pembelajaran dapat dilakukan dengan aman dan baik.
Siswa dibagi menjadi dua shift, menerapkan protokol
kesehatan, dan guru diwajibkan untuk mendapat vaksinasi.
“kendala yang kami hadapi pada saat pembelajaran tatap
muka adalah keterbatasan waktu pembelajaran, dikarenakan setengah dari jumlah
siswa secara bergantian masuk keruang kelas, namun kami tetap mencarikan jalan
keluar dengan mengajak guru untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan metode
yang bervariasi, untuk memancing semangat siswa tetap aktif.”tutupnya. (*)
(Jakarta)
Belum ada Komentar untuk "Kebijakan Mitigasi Learning Loss Mendesak untuk Dijalankan "
Posting Komentar