Pemerintah Harus Tegas Soal Sekolah Tatap Muka
Lensamedan - Sesuai jadwal, hari
ini, Senin, 23 Agustus 2021, masa berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) darurat di luar Jawa-Bali, setelah beberapa kali mengalami
perpanjangan, termasuk Medan dan beberapa kawasan di Sumatera Utara (Sumut).
Kebijakan itu pun berdampak luas
ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, khususnya segi perekonomian. Banyaknya
pengusaha yang menutup usahanya, membuat para pekerja terpaksa kehilangan
pekerjaan.
Dampak dari itu semua, bukan
hanya jumlah pengangguran yang bertambah, kemiskinan juga melonjak secara
signifikan.
"Namun di balik semua itu,
satu hal yang sekarang terkesan diabaikan pemerintah. Yakni mengenai nasib
generasi muda harapan bangsa di masa depan, yang kini duduk di bangku
sekolahan," ungkap Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) LSM Forum
Masyarakat Pemantau Negara (Formapera), Yudhistira dalam siaran tertulis, Senin
(23/8/2021).
Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan, lanjutnya, terus memaksakan bagaimana anak-anak itu bisa terus
belajar secara daring (online), tanpa pernah memikirkan bagaimana mencari
formula atau solusi agar mereka bisa belajar secara efektif di masa pandemi
covid-19 ini.
"Kami tegaskan, belajar
daring sangat tidak efektif. Mungkin kalau tingkat SMA atau kuliah, mereka
mulai terbiasa dengan teknologi, tapi tidak dengan anak-anak SD atau SMP yang
mulai memasuki masa transisi. Sebaliknya, belajar daring bagi anak SD dan SMP
malah justru merusak mental dan konsentrasi mereka," tegas pria yang akrab
disapa Yudis ini.
Bagi anak-anak usia SD dan SMP,
mereka cenderung memahami jika android atau sejenisnya, hanya sebagai sarana
bermain internet yang menawarkan berbagai aplikasi, khususnya games yang
membuat pola pikir mereka dalam menyerap pelajar buyar.
"Saya juga punya anak.
Mungkin hampir rata-rata, setiap tugas daring itu yang mengerjakannya ibu-ibu
mereka. Itu termasuk menjadi keluhan istri saya sendiri. Ini yang mestinya
dipikirkan Presiden Jokowi. Kami juga meminta Menteri Pendidikan Nadiem Makarim
jangan terlalu sibuk menggelontorkan anggaran yang tidak jelas. Beli laptoplah,
beli inilah, buat itulah, tapi justru ujung-ujungnya mencurigakan. Coba
bijaklah berpikir soal nasib anak-anak. Kami paham Covid-19 merupakan sesuatu
yang serius, tapi hancurnya generasi bangsa, jelas juga menjadi ancaman serius
yang ada di depan mata kita," tandasnya.
Tak hanya mengkritisi
penerintahan Jokowi, secara khusus Yudis juga mempertanyakan itikad baik
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wali Kota Medan Bobby Nasution soal
pendidikan.
"Beberapa kali tersiar di
media, Edy Rahmayadi janji pembelajaran tatap muka akan dimulai Mei 2021,
batal. Lalu bilang lagi awal Juli 2021, tapi batal lagi. Dengan pemimpin yang
labil seperti ini, jelas membuktikan Gubsu tak punya konsep. Harusnya ketika dia
mengeluarkan pernyataan, sudah ada konsep yang harusnya bisa dia jalankan
sehingga dia tak dianggap omong doank. Jangan biasakan PHP in anak-anak
pak," ucap Yudis kesal.
Pria berlatar belakang jurnalis
ini juga mengaku sedih dengan kondisi anak-anak yang terpaksa 'putus sekolah'
karena keadaan. Apalagi mereka sekarang seperti kehilangan arah.
"Coba turun ke jalan Pak.
Banyak anak-anak usia sekolah yang sekarang ngemis di lampu merah atau mereka
jadi badut, manusia silver karena gak bisa sekolah sekalian membantu orangtua
mereka yang mungkin saja kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Apa ini yang
dimaui pemerintah? Kami tau penanganan Covid-19 sangat sulit di tengan beragam
respon masyarakat sehingga jumlah yang terjangkit semakin meningkat. Tapi pendidikan
juga menjadi tulang punggung untuk menentukan arah nasib negeri ini ke
depan," pungkas Yudis. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Pemerintah Harus Tegas Soal Sekolah Tatap Muka "
Posting Komentar