Kemenkes Terbitkan Edaran Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut
“Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan
pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan,
sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait
kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui
Etiologinya,” disebutkan dalam SE.
Kemenkes meminta dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), laboratorium kesehatan
masyarakat, dan rumah sakit antara alin untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom
penyakit kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan
gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan
urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya
melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan
kepada masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning, dan membangun
dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas
sektor.
Bagi Dinas Kesehatan, KKP, dan Rumah Sakit juga diminta
segera memberikan notifikasi/laporan apabila terjadi peningkatan kasus sindrom
jaundice akut maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen
P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telepon/WhatsApp
0877-7759-1097 atau surat elektroknik poskoklb@yahoo.com.
Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi
menyampaikan bahwa Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan
terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa
(KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan
Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.
“Kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program
dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus
sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis,”
ucap Nadia, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Rabu (4/5/2022).
Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang
dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut
yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang
berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien
ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta
Barat.
Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual,
muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Nadia menegaskan, Kemenkes melakukan investigasi penyebab
kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi
lebih lanjut.
”Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk
berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci
tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian
alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan
protokol kesehatan,” ujarnya.
Nadia meminta, jika terdapat anak-anak yang memiliki gejala
kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna
teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar
segera diperiksakan ke fasyankes terdekat.
WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari
Inggris Raya mengenai sepuluh kasus hepatitis akut yang tidak diketahui
etiologinya pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga
Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB
oleh WHO, jumlah laporan terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus
dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan
16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya atau 10 persen memerlukan transplantasi
hati dan satu kasus dilaporkan meninggal. Gejala klinis pada kasus yang
teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom
jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen,
diare, dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala
demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui.
Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis
tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang
setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2
ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi
SARS-CoV-2 dan adenovirus. (*)
(Jakarta)
Belum ada Komentar untuk "Kemenkes Terbitkan Edaran Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut"
Posting Komentar