Sumut Harus Bersiap Hadapai Gejolak Ekonomi, Ketahanan Pangan Jadi Prioritas
Langkah menaikkan besaran bunga acuan terpaksa diambil untuk meredam laju tekanan inflasi yang belakangan ini mengalami kenaikan cukup tajam, sementara kenaikan bunga acuan di sisi lainnya akan menekan pertumbuhan ekonomi.
Gubernur Bank Sentral AS seakan tidak mau menanggapi bagaimana resesi yang akan terjadi di AS saat suku bunga The FED Fund Rate dinaikkan. Sikap seperti itu menurut pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, menunjukan bahwa resesi di AS sudah tidak dapat dihindarkan. Ditambah lagi sejumlah negara Eropa juga tengah mengalami tekanan ekonomi luar biasa, seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi tinggi, serta ancaman kedinginan karena pasokan gas dari Rusia dihentikan.
“Pada dasarnya ekonomi global tengah bergejolak, dengan potensi lebih suram jika seandainya perang masih terus berkecamuk nantinya. Kita tidak bisa menghindar dari gejolak ekonomi tersebut. Dan faktanya bunga perbankan yang naik jelas akan memberikan tekanan pada dunia usaha, karena biaya modal mengalami kenaikan, yang membuat ekspansi perusahaan melambat sehingga kurang bisa diharapkan dalam menyerap angkatan tenaga kerja,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (22/9/2022).
Apa artinya resesi global bagi perekonomian Sumut, dan apa dampak dari kebijakan suku bunga tinggi yang terjadi belakangan ini terhadap ekonomi Sumut?
Dijelaskannya, selama bulan September ini, harga CPO dunia mengalami tekanan cukup signifikan. Harga CPO saat ini berada dikisaran RM3.840 per ton, padahal di bulan mei 2022 harga CPO sempat menyentuh RM7 ribuan per tonnya. Harga CPO sudah terpangkas hampir 50% sejauh ini.
Dan yang menjadi pemicu penurunannya adalah ancaman resesi di sejumah negara tujuan ekspor CPO Sumut seperti AS dan Eropa. Ditambah lagi melambatnya pertumbuhan ekonomi di China.
“Data menunjukan selama bulan Mei saat kebijakan DMO minyak kelapa sawit diterapkan, pertumbuhan ekonoi Sumut di kuartal kedua terpangkas hingga ke 4.3%. Padahal saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumut bisa terdongrak 7% di kuartal tersebut,” terangnya.
Selain itu, kata Gunawan, ada penurunan kinerja ekspor mencapai 50% di bulan Mei. Dan saat ini harga CPO yang terpangkas 50% dibandingkan dengan harga tertinggi di bulan Mei. Jadi ancaman resesi global tengah menghantui ekonomi Sumut sejauh ini. Di sisi lain, suku bunga acuan juga sudah dinaikkan, ini membuat dunia usaha dimanapun khususnya di Sumut akan terbebani dengan biaya modal yang kian tinggi.
“Lantas upaya apa yang bisa Sumut lakukan?. Kita berharap banyak pada pemerintah pusat maupun daerah untuk terus berupaya agar semua proyek yang mengandalkan APBN dan APBD bisa diserap secepat mungkin. Rancangan pembangunan kedepan harus berorientasi pada menjaga ketahanan pangan dibandingkan infrastruktur, dan harus ada alokasi kebijakan bantalan sosial yang lebih besar untuk menjaga daya beli masyarakat,” sarannya.
Gunawan menyarankan, Sumut harus seperti itu kebijakan ekonominya kedepan, terlebih ekonomi Sumut mengandalkan sawit yang sangat bergantung kepada ekspor di negara lain. Skala prioritas ada di ketahanan pangan dan daya beli masyarakat. Karena suka tidak suka, siap tidak siap, ancaman resesi global yang terjadi saat ini akan datang ke wilayah Sumut.
“Kita tidak bisa menghindarinya, yang kita bisa lakukan adalah bersiap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan datang,” pungkasnya. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Sumut Harus Bersiap Hadapai Gejolak Ekonomi, Ketahanan Pangan Jadi Prioritas"
Posting Komentar