Festival SOS, Langkah Kecil IOH Jadikan Media Sosial Rumah untuk Berbagi Karya dan Berkolaborasi Bersama

Lensamedan – Keampuhan media sosial seperti facebook untuk menemukan sahabat yang lama hilang menjadi alasan Vitry untuk memiliki akun facebook.

Perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis ini pun merasakan keampuhan itu.

Selama hampir 15 tahun menggunakan facebook, Vitry berhasil menemukan teman masa kecilnya saat duduk di bangku Sekolah Dasar di Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. 

“Sekitar 3 tahun lalu aku berhasil terhubung dengan beberapa teman SD,” kata Vitry saat diwawancarai, Sabtu (25/11/2023).

Hanya saja, keseruan Vitry memanfaatkan facebook sebagai sarana untuk menemukan teman lama dan berkomunikasi secara mudah dan  murah terputus setelah banyak yang justru memanfaatkan media sosial terutama facebook untuk berbagi kebencian pada saat pemilihan presiden 5 tahun lalu. 

“Pilpres 5 tahun lalu itu aku pusing, Karenanya aku nonaktifkan dulu. Apalagi sekarang banyak kali penipuan,” ucap Vitry yang biasa disapa Upit.

Psikolog Universitas Medan Area, Emilia Ramadhani, menjelaskan, ketakutan akan kehilangan momen atau informasi atau fear of missing Out (FOMO) menjadi faktor pendorong mengapa sosial media dipilih untuk menjadi media penyebaran hoaks atau ujaran kebencian. 

“Dan ini tidak hanya dikalangan orang-orang tua kita saja, tetapi juga generasi gen Z,” kata Emilia. 

Emilia menyakini, pemanfaatan media sosial dalam menyebar ujaran kebencian dan juga hoaks akan makin marak menyusul proses pemilihan presiden akan berlangsung di Februari mendatang. 

“Karena itu, kejelian kita dalam menyaring informasi sangat dibutuhkan sehingga kita tidak ikut terjebak,” tegasnya. 

Kekhawatiran Emilia akan masih masifnya penyebaran ujaran kebencian menggunakan media sosial ternyata juga menjadi kekhawatiran mendorong PT Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). 

Karena itu, berkolaborasi dengan Narasi, IOH menyelenggarakan ajang Festival Film Pendek Save Our Socmed  (SOS) 2023.

Festival SOS yang merupakan bagian dari kampanye anti hate speech dengan tema ‘Bicara Baik di Digital, Hindari Emosi Tanpa Substansi’ ini menyasar mahasiswa dan juga masyarakat umum sebagai peserta.

Harapannya Festival SOS yang waktu pengumpulan karya masih  akan berlangsung hingga 7 Januari 2024 mendatang bisa menginsipirasi anak muda Indonesia agar bijak dalam menggunakan media sosial sekaligus meningkatkan literasi digital mereka.

AVP- Head of Direct Sales Prepaid IOH, Idil Darwan, menyebutkan, sebagai salah satu provider telekomunikasi terdepan di Indonesia khususnya di Medan, IOH terus mendorong  terjadinya transformasi digital di kehidupan masyarakat.

“Karena ini teknologi yang tidak bisa dihambat, tentu kita berharap bahwa manfaat dari transformasi digital ini bisa dinikmati oleh segenap masyarakat, khususnya dalam berkomunikasi positif,” kata Idil saat menghadiri Media Update Festival Film Pendek SOS 2023 di Aula FIS UINSU Tuntungan, Kamis (8/11/2023) lalu. 

Dikatakan Idil, hampir 60% masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Angka ini tergolong cukup besar dan merupakan pangsa pasar yang sangat besar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. 

Tetapi acap kali memang kemanfaatan dari internet selama ini dimanfaatkan oleh sekelompok orang dalam menyampaikan hal-hal yang kurang pantas, seperti perundungan (bullying), hoaks mau pun ujaran  kebencian.

Ini tentu akan menimbulkan missleading, karena membutuhkan pembuktian yang rumit dan panjang. 

“Nah ini lah yang kita dorong supaya jangan lagi lah. Kita stop itu. Dan festival film pendek ini menjadi salah satu cara kita mengedukasi kepada pihak-pihak khususnya kepada adik-adik di kampus, sebagai cikal bakal dari agen transformasi  digital yang kita berharap bisa meneruskan situasi baik kepada masyarakat,” tandasnya. 

Secara terpisah, SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, media sosial merupakan rumah dari berbagai karya dan tempat berkolaborasi bersama. 

“Media sosial, harusnya jadi tempat yang nyaman untuk kita, bukan tempat menebar kebencian. Melalui kampanye ini, Indosat mengajak generasi muda untuk #BijakBerkreasiTanpaBatas, di mana kekuatan cerita dan visual dapat menyebarkan pesan perdamaian, kesetaraan, dan toleransi. Dengan dukungan teknologi dan digitalisasi, kita dapat mengubah dunia serta membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli dengan sesama,“  tegasnya.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Founder Narasi, Najwa Shihab, mengatakan, inisiatif Indosat menyelenggarakan Festival Film Pendek SOS 2023 patut didukung. 

Sebagai kawan kolaborasi, Narasi disebutkannya punya semangat serupa, melawan penyebaran ujaran kebencian. 

“Apalagi, kita sudah memasuki hari-hari jelang pesta demokrasi yang rentan menjadi lahan subur ulah tingkah informasi yang memecah belah. Lewat film-film pendek ini, kami berharap dapat memberikan suara dan gagasan yang dibutuhkan tentang kesetaraan, toleransi, dan perdamaian,” sebut Nana, panggilan akrab Najwa Shihab.

 Program Festival Film Pendek SOS yang telah sukses terselenggara sejak 2021 ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial (CSR) Indosat di pilar Pendidikan Digital. (*)



(Medan) 

 

Belum ada Komentar untuk "Festival SOS, Langkah Kecil IOH Jadikan Media Sosial Rumah untuk Berbagi Karya dan Berkolaborasi Bersama"

Posting Komentar

Waspadai Pemilu AS, IHSG dan Rupiah Dibuka Melemah

LensaMedan - Pasar keuangan di tanah air pada perdagangan hari ini  akan b anyak dipengaruhi agenda besar . Dari domestik, pelaku pasar teng...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel