Sofyan Tan Ajak Etnis Tionghoa Renungi Sejarah Panjang Imlek di Indonesia


Lensamedan - Anggota DPR RI Komisi X, Fraksi PDI-Perjuangan, dr Sofyan Tan meminta masyarakat etnis Tionghoa Kecamatan Medan Sunggal agar senantiasa bersyukur, refleksi diri dan merenungi sejarah panjang Tahun Baru Imlek yang kini menjadi hari libur nasional di Indonesia.

Permintaan ini disampaikannya pada kegiatan Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Sabtu (3/2/2024).

"Hari ini kita bisa melihat atraksi barongsai dan Liong (naga), bidang studi bahasa mandarin kini bisa dipelajari di mana-mana dan Imlek sudah dikasih libur. Ini gara-gara dua tokoh besar bangsa Indonesia yaitu Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Presiden Megawati Soekarnoputri. Untuk itu kita harus selalu bersyukur dan merenungi sejarah panjang Tahun Baru Imlek di Indonesia," kata Sofyan Tan.

Kegiatan Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 yang digelar bersama Universitas Satya Terra Bhinneka tersebut turut dihadiri Anggota DPRD Sumut Rudi Hermanto, Ketua PAC PDI Perjuangan Medan Area, Bobby C Halim.

Juga hadir Anggota Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Tracey Yani Harjatanaya, Felix Harjatanaya, Davin Harjatanaya, Ketua Yayasan Finche Kosmanto, Pimpinan Sekolah Edy Jitro Sihombing dan ribuan tamu undangan lainnya.

Kegiatan Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda diisi sejumlah hiburan yang dibawakan mahasiswa/i Universitas Satya Terra Bhinneka, siswa/i Sultan Iskandar Muda, atraksi barongsai dan Liong hingga menampilkan artis dari Malaysia Alice Ong yang juga pencipta lagu Heng Ong Huat.

Menurut Sofyan, Tahun Baru Imlek di Indonesia memiliki sejarah panjang sebab pada zaman Orde Baru setelah terjadinya peristiwa kelam pada tahun 1965, Presiden Soeharto yang saat itu berkuasa mengeluarkan Inpres Nomor 14 Tahun 1967 bahwa pelaksanaan Imlek dan kebudayaan etnis Tionghoa dibatasi di Indonesia. Selama berlakunya Instruksi Presiden tersebut, Imlek terlarang dirayakan di depan publik.

Tak hanya itu, seluruh perayaan tradisi dan keagamaan etnis Tionghoa termasuk tahun baru Imlek, Cap Go Meh dilarang dirayakan secara terbuka. 

Barongsai dan liong pun dilarang dipertunjukkan di publik. Selain itu, huruf-huruf atau lagu Mandarin tidak boleh diputar di radio.

"Dulu kalau kita pulang dari luar negeri, masuk imigrasi maka koper kita diperiksa semua, tak boleh ada tulisan aksara mandarin. Kita mengalami hal itu selama 32 tahun," sebut Sofyan yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda.

Baru kemudian pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, sebut Sofyan, terbitlah Keppres No 6/2000 tentang pencabutan Inpres No.14 Tahun 1967. 

Tak hanya bisa merayakan Imlek secara terbuka, namun masyarakat etnis Tionghoa juga diberi kebebasan untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya.

"Jadi kita harus bersyukur ada tokoh bangsa kita bernama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,"ucap Sofyan.

Sofyan melanjutkan, kebijakan Gus Dur itu kemudian disempurnakan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri yang menetapkan perayaan Imlek sebagai hari nasional 2 tahun setelahnya lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002, Megawati menjadikan perayaan Imlek sejak tahun 2003 sebagai hari libur nasional.

"Ibu Megawati Soekarnoputri merupakan Ketua Umum Partai PDI-Perjuangan yang juga merupakan ibunda saya memberikan hak-hak etnis Tionghoa untuk merayakan Imlek secara Nasional dan memberikan hari libur. Tanpa Ibu Megawati Soekarnoputri mungkin kita tak bisa merayakan Imlek seperti pada hari ini," ungkap Sofyan.

Selain memiliki peran pada perayaan Imlek di Indonesia lanjut Sofyan, Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri juga memiliki peran dan andil besar terhadap dirinya yang hingga kini menjadi Anggota DPR RI.

"Tanpa Ibu Megawati Soekarnoputri tak mungkin saya menjadi Anggota DPR RI, tak mungkin saya sampai hari ini bisa membantu 410.000 anak-anak kurang mampu agar bisa sekolah. Mari kita renungkan kembali siapa yang memberikan hak-hak kita untuk merayakan Imlek secara nasional," ungkap Sofyan.

Sebelum menutup sambutannya tak lupa dr Sofyan Tan mengucapkan Gong Xi Fa Cai kepada masyarakat etnis Tionghoa, semoga selalu sehat, beruntung, dan bahagia sepanjang tahun. (*)


(Medan)


Belum ada Komentar untuk "Sofyan Tan Ajak Etnis Tionghoa Renungi Sejarah Panjang Imlek di Indonesia"

Posting Komentar

Nataru 2024/2025, Potensi Pergerakan Masyarakat Capai 110,67 Juta Orang

LensaMedan - Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyebutkan, potensi pergerakan masyarakat pada saat masa Angkutan Natal dan Tahun Baru ...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel