Walau Bertahan di Zona Hijau, IHSG Belum Mampu Kembali Tembus Level 7.000


LensaMedan - Sejumlah indikator menunjukan bahwa kinerja mata uang Rupiah punya kesempatan untuk menguat terhadap Dolar AS pada perdagangan hari ini.

Sejumlah indikator tersebut diantaranya adalah memburuknya imbal hasil US Treasury baik 10 tahun dan 2 tahun, yang mengalami pelemahan dalam 3 hari perdagangan terakhir.

Untuk US Treasury 10 tahun imbal hasilnya anjlok dari 4.5% menjadi sekitar 4.3%, sementara untuk tenor 2 tahun anjlok dari kisaran 4.88% menjadi kisaran 4.74%.

Selanjutnya adalah kinerja USD Index yang masih berada dalam rentang 104 hingga 105 dalam hampir satu pekan terakhir. Tetapi dalam 3 hari terakhir, trennya justru mengalami penurunan.

Satu satunya yang bisa menjelaskan mengapa Dolar AS menguat terhadap Rupiah adalah transaksi NDF (non delivery forward) di pasar asing.

Kalau dari hasil pemantauan, NDF di pasar asing  bergerak dalam rentang 16.197 hingga 16.323 per Dolar AS selama bulan Juni. Dan faktanya disaat NDF bergerak naik, Rupiah terus mengalami tekanan di bulan ini.

Analis keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, menilai bahwa tidak selamanya NDF akan selalu menjadi acuan pergerakan Rupiah terhadap AS Dolar.

Namun untuk tekanan yang terjadi pada rupiah belakangan, saya menilai pudarnya ekspektasi pemangkasan bunga acuan The FED menjadi pemicunya.

Karena perhitungan pembentukan harga di pasar NDF salah satunya menggunakan paritas suku bunga dua mata uang.

Sehingga kebijakan BI yang menaikkan BI Rate sebelumnya tidak lantas diterjemahkan tidak berpengaruh terhadap mata uang rupiah.

Justru disaat BI Rate tidak dinaikkan, maka pembentukan harga Rupiah di pasar NDF akan lebih besar dari yang terjadi saat ini.

"Jadi ini adalah masalah ekspektasi pasar terhadap ekspektasi bunga acuan The FED. Yang mendorong perubahan pada besaran swap poin transaksi forward, atau ekspektasi seberapa besar nilai tukar mata uang di masa yang akan datang. Sehingga pelemahan rupiah bisa disimpulkan karena ekspektasi memudarnya pemangkasan suku bunga The FED," ujar Gunawan di Medan, Kamis (6/6/2024).

Pada hari ini mata uang Rupiah diutup menguat di level 16.255 per Dolar AS.

Rupiah disebutkan Gunawan sempat berada dalam tekanan yang terpaksa menyeret Indeks  Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat diperdagangkan di teritori negatif.

Rupiah sempat melemah hingga ke level 16.285 per Dolar AS, sebelum akhirnya mengurangi kerugian jelang sesi penutupan perdagangan. "IHSG juga mampu ditutup menguat 0.39% di level 6.974,89," sebutnya.

Sementara itu, harga emas ditransaksikan menguat dikisaran level US$2.370 per ons troy nya.

Dengan pelemahan Rupiah dan kenaikan harga emas global, maka harga emas dalam rupiah juga ditransaksikan naik dikisaran harga 1.25 juta per gramnya. (*)


(Medan)

Belum ada Komentar untuk "Walau Bertahan di Zona Hijau, IHSG Belum Mampu Kembali Tembus Level 7.000"

Posting Komentar

Bobby Nasution: Gubernur Harus Berbuat, Tidak Hanya Ikut Gunting Pita

LensaMedan - Seorang gubernur atau kepala daerah harus bekerja secara maksimal untuk mensejahterakan masyarakat dan membangun daerahnya, tid...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel