Neraca Dagang, Ekonomi China, Hingga Percobaan Pembunuhan Capres Picu Pelemahan IHSG dan Rupiah

LensaMedan - Rilis data pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi membuat kinerja bursa di Asia banyak ditransaksikan di zona merah.

Di sisi lain, percobaan pembunuhan oleh calon Presiden AS Donald Trump, disinyalir memicu terjadinya pelemahan bursa di Eropa pada sesi pembukaan perdagangan.

Dan pelaku pasar juga tengah menantikan bagaimana respon bursa saham di AS pasca insiden penembakan tersebut.

Kabar buruk tidak berhenti disitu, neraca perdagangan RI sekalipun surplus namun realisasinya masih lebih rendah dibandingkan ekspektasi.

Surplus neraca dagang RI pada bulan juni hanya sebesar US$2,39 miliar.

Kombinasi kabar buruk tersebut telah menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mata uang Rupiah pada perdagangan hari ini.

IHSG ditutup melemah 0.66% di level 7.278,86, sementara mata uang Rupiah yang di sesi perdagangan pembukaan cenderung menguat terhadap Dolar AS berbalik arah dan ditutup melemah di level 16.165 per Dolar AS.

"Pasar keuangan tanah air saat ini kembali dihantui kemungkinan koreksi yang bisa terjadi pada perdagangan selanjutnya," ujar Analis keuangan Sumatra Utara (Sumut), di Medan (15/7/2024).

Gunawan menyebut ada banyak sentimen negatif, ditambah lagi pelaku pasar menantikan pidato Gubernur Bank Sentral AS yang bisa saja menekan kinerja pasar keuangan domestik di sesi perdagangan selanjutnya.

"Ketidakpastian juga kian bertambah, seiring dengan rapat pleno ketiga partai penguasa di China yang akan dilangsungkan selama 4 hari," katanya.

Sementara itu, harga emas ditransaksikan relatif stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan hari ini. Harga emas ditransaksikan di US$2.412 per ons troy.

Pelaku pasar komoditas juga tengah menanti bagaimana respon pasar terhadap percobaan pembunuhan yang terjadi di AS.

Jika dirupiahkan, harga emas ditransaksikan naik dikisaran level Rp1,26 juta per gram nya. (*)

(Medan)

Bagikan Artikel ini