Manufaktur China Masih Terkontraksi Buat Pasar Keuangan Gamang

LensaMedan - Bursa di Asia mayoritas ditransaksikan menguat pada perdagangan pagi ini. IHSG sejauh ini ditransaksikan menguat di level 7.551 pada sesi pembukaan perdagangan.

Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah ditransaksikan melemah di level 15.185 per Dolar AS. Untuk kinerja Dolar AS terhadap mata uang di Asia sejauh ini ditransaksikan beragam.

Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, pelaku pasar akan menanti rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) pada perdagangan hari ini.

Data tersebut menjadi sangat krusial, karena akan menggambarkan daya beli masyarakat di tanah air.

Sejauh ini, Indonesia diproyeksikan akan mengalami deflasi sebesar 0,03%. Jika deflasi benar benar terjadi, maka pasar keuangan khususnya pasar saham tidak mengalami koreksi yang signifikan.

Mengingat koreksi yang terjadi pada bursa di tanah air pada perdagangan kemarin, merupakan aksi pelaku pasar yang salah satunya mengkuatirkan terjadinya deflasi pada bulan September.

"Deflasi yang tercipta akan mendorong ekepsktasi bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluan melambat di masa yang akan datang," ujar Gunawan di Medan, Selasa (1/10/2024).

Jika berkaca pada agenda ekonomi pada perdagangan hari ini, selain rilis BPS pasar juga akan menanati kinerja manufaktur AS.

Namun menurut Gunawan, pelaku pasar perlu mewaspadai rilis data manufaktur China yang masih terkontraksi sejauh ini.

Ada banyak sentimen negatif di pasar keuangan yang bisa menggiring terjadinya koreksi pada pasar keuangan secara keseluruhan.

"Wapadai potensi pembalikan arah yang tak terduga, jika data ekonomi yang dirilis pada hari ini lebih buruk dari perkiraan sebelumnya," sebutnya.

Di sisi lain, harga emas dunia ditransaksikan melemah pada sesi perdagangan pagi ini. Harga emas ditransaksikan di level US$2.638 per ons troy nya. (*)

(Medan)

Bagikan Artikel ini