Banyak Tekanan, Waspadai Laju Tekanan Inflasi di Tahun Depan
LensaMedan - Laju tekanan inflasi di Sumatra Utara (Sumut) selama tahun berjalan (Januari – November) terpantau hanya sebesar 1,13%.
Sehingga laju tekanan inflasi di Sumut di tahun 2024 ini menurut Pemerhati Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, berpeluang untuk merealisasikan angka yang lebih rendah dari target paling bawah Bank Indonesia 1,5%.
Dengan kondisi ini, ada peluang laju tekanan inflasi di Sumut akan finish dalam rentang 1,2% hingga 1,4%.
"Kita tidak bisa pungkiri bahwa ini sebuah keberhasilan bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), walaupun disisipi oleh kekhawatiran melemahnya daya beli masyarakat," ujar Gunawan di Medan, Kamis (12/12/2024).
Di tahun depan, kata Gunawan, ada beberapa ancaman inflasi yang tidak bisa dianggap remeh.
Bahkan sebagian pemicu laju tekanan inflasi kedepan justru datang dari sisi eksternal.
Dan ancaman inflasi yang datang dari eksternal, tentunya diluar kemampuan TPID untuk mengendalikannya.
Inflasi eksternal berpeluang datang dari beberapa kemungkinan.
Pertama dari kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump yang berpeluang membuka kembali perang dagang yang sempat dilakukannya dahulu.
Termasuk juga kebijakan defisit fiskal yang digemborkan saat kampanye.
Kebijakan Trump berpeluang menaikkan harga barang, yang berpeluang mendorong terjadinya laju tekanan inflasi.
Baik langsung maupun tidak langsung Sumut akan terkena dampak dari kebijakan tersebut.
Kedua, tensi geopolitik yang memburuk juga sangat berpeluang mendongkrak kenaikan harga minyak mentah maupun harga komoditas lainnya.
Hal ini juga sangat berpeluang memicu terjadinya inflasi.
"Ketiga, tren suku bunga acuan global yang bertahan tinggi. Dimana Bank Sentral di dunia akan lebih bernada hawkish, yang dipimpin oleh Bank Sentral AS," kata Gunawan.
Dari tanah air, lanjut Gunawan, inflasi berpeluang terjadi dikarenakan oleh gangguan keuangan petani dan faktor cuaca, dimana deflasi yang sempat melanda Sumut telah mengurangi kemampuan keuangan petani untuk kembali bercocok tanam.
Sehingga membuka adanya potensi gangguan produksi yang bisa memicu inflasi.
Dan cuaca yang ekstrim juga berpeluang menjadi beban pengendalian inflasi di tahun yang akan datang.
Jika beranggapan bahwa daya beli masih akan berada pada posisi yang sama di tahun depan, maka sebenarnya demand atau permintaan tidak akan mengalami lompatan yang signifikan.
Ini bisa menahan laju tekanan inflasi itu sendiri.
"Namun, jika inflasi terjadi disaat daya beli di tahun depan mengalami stagnasi, maka ini akan menjadi cerita pilu masyarakat Sumut," terangnya.
Ia menilai inflasi di tahun 2025 masih akan sesuai dengan target Bank Indonesia sebesar 2,5% plus minus 1%. Dan berpeluang akan berakhir di batas tengah cenderung keatas.
Pemerintah harus bersiap untuk merespon kemungkinan tersebut.
"Dan gambaran bagaimana inflasi Sumut nantinya akan terbentuk, sangat terlihat di kuartal pertama tahun depan, khususnya saat Trump resmi menjabat sebagai Presiden AS," pungkasnya. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Banyak Tekanan, Waspadai Laju Tekanan Inflasi di Tahun Depan "
Posting Komentar