Beda Arah dengan Rupiah, IHSG Dibuka Menguat
LensaMedan - Pejabat Bank Sentral AS kembali mengkhawatirkan laju tekanan inflasi AS yang berpeluang alami kenaikan. Terlebih saat nantinya Presiden terpilih AS Donald Trump resmi menjabat sebagai Presiden.
Hal ini menurut Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, bisa diartikan bahwa The FED kian diragukan dalam upayanya untuk memangkas besaran bunga acuannya. Hal ini tertuang dalam risalah FOMC meeting Bank Sentral AS.
Risalah tersebut telah membuat kinerja bursa saham di Asia terpuruk.
Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu dibuka menguat di level 7.093.
Dengan tekanan yang dialami mayoritas bursa di Asia pada perdagangan hari ini, maka IHSG berpeluang ditransaksikan dalam rentang 7.000 hingga 7.100.
Dimana pada perdagangan hari ini pelaku pasar juga tengah menanti rilis data indeks kepercayaan konsumen dan penjualan kendaraan bermotor.
"Data tersebut bisa meredam tekanan yang ada di pasar jika merealisasikan kinerja yang membaik ditengah kenaikan imbal hasil US Treasury seiring dengan kenaikan kekhawatiran kenaikan laju tekanan inflasi di AS," ucap Gunawan di Medan, Kamis (9/1/2025).
Gunawan menyebutkan, imbal hasil US Treasury 10 tahun sempat menyentuh 4.7% yang sangat potensial membuat kinerja Dolar AS menguat terhadap mata uang rivalnya.
Penguatan kinerja Dolar AS ini sudah terlihat pada pada perdagangan pagi ini, dimana mata uang Rupiah mengalami pelemahan dikisaran level 16.240 per Dolar AS.
"Dan biasanya, pelemahan Rupiah ini akan kembali membebani kinerja IHSG," sebut Gunawan.
Di sisi lain, harga emas masih mampu mendulang kenaikan dikisaran US$2.858 per ons troy pada perdagangan pagi ini.
Kekhawatiran akan inflasi AS dalam jangka panjang memang berpeluang membuat emas lebih menarik dibandingkan dengan Dolar AS. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Beda Arah dengan Rupiah, IHSG Dibuka Menguat "
Posting Komentar