Perang Tarif Mereda, IHSG Hingga Emas Menguat
LensaMedan - Inflasi produsen di AS mengalami kenaikan yang kian mempertegas bahwa kebijakan moneter AS kedepan akan lebih cenderung ketat seperti yang sekarang, dan mengikis kepercayaan bahwa suku bunga acuan The FED bisa diturunkan di tahun 2025 ini.Namun rilis data inflasi produsen tersebut tidak memicu terjadinya tekanan besar pada pasar keuangan di tanah air.
Analis Keuangan Sumatra Utara, Gunawan Benjamin , mengatakan, pelaku pasar saat ini sedikit lega karena kenaikan tarif yang akan diberlakukan AS tidak akan berlaku segera. Kenaikan tarif akan dikaji terlebih dahulu oleh menteri perdagangan AS nantinya.
Langkah Presiden AS tersebut membuat kinerja mayoritas bursa saham di Asia menguat pada perdagangan hari ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut dibuka menguat di level 6.640, dan diproyeksikan akan berada di zona hijau selama sesi perdagangan berlangsung.
"Sejauh ini, pasar saham tengah mendapatkan sentimen positif yang bisa membuat IHSG berada dalam rentang 6.620 hingga 6.680," sebut Gunawan di Medan, Jumat (14/2/2025).
Sementara itu, lanjut Gunawan, sekalipun kinerja inflasi AS alami kenaikan, namun imbal hasil US Treasury justru mengalami tekanan.
Sikap Presiden AS yang melunak saat ini menjadi salah satu pemicu melemahnya imbal hasil US Treasury.
Hal ini akan menjadi katalis positif bagi kinerja mata uang Rupiah yang terpantau menguat ke level 16.300 per Dolar AS pada perdagangan pagi ini.
"Rupiah juga berpeluang bertahan di zona hijau selama seharian," katanya.
Tak hanya rupiah, harga emas juga mengalami kenaikan ke level US$2.926 per ons troy nya. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Perang Tarif Mereda, IHSG Hingga Emas Menguat "
Posting Komentar