China Dikenakan Tarif 145%, IHSG Ditransaksikan Melemah
LensaMedan - Data realisasi laju tekanan inflasi AS mengalami penurunan, yang menepis kekuatiran bahwa laju tekanan inflasi AS akan naik seiring dengan perang dagang yang memanas belakangan ini.Inflasi AS secara tahunan turun ke level 2.4% pada bulan Maret, demikian halnya juga dengan inflasi inti tahunan yang turun ke level 2.8%.
Walaupun turun, prospek laju inflasi AS kedepan diragukan akan membukukan penurunan lanjutan.
Ekspektasi pemangkasan bunga acuan The FED memudar sekalipun laju tekanan inflasi AS melemah.
Karena, kebijakan kenaikan tarif yang dilakukan AS sangat berpeluang mendorong terciptanya laju tekanan inflasi yang tinggi di AS di periode selanjutnya.
Terlebih kabar terbaru menyebutkan bahwa AS menaikkan tarif ke China menjadi 145%.
Kebijakan tarif tersebut dikatakan Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, direspon negatif oleh pasar saham AS yang ditutup di zona merah.
Pasar saham di Asia juga ikut melemah pada sesi perdagangan pagi.
"Termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga ikut dibuka melemah di level 6.195 pada sesi pembukaan perdagangan," ujar Gunawan di Medan, Jumat (11/4/2025).
Perang dagang yang memanas antara China dan AS menurut Gunawan menjadi kabar buruk bagi pasar saham global di hari ini.
IHSG diproyeksikan akan kesulitan untuk berbalik ke zona hijau.
Sementara kinerja Rupiah yang pada perdagangan pagi ditransaksikan menguat ke level 16.780 per Dolar AS akan sangat bergantung pada Bank Indonesia dalam melakukan stabilisasi.
"Sentimen positif dari data ekonomi nyatanya tidak memberikan dorongan positif bagi kinerja pasar keuangan domestik," ucapnya.
Di sisi lain, harga emas kembali cetak rekor tertinggi level per US$3.212 per ons troy atau sekitar Rp1,64 juta per gramnya. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "China Dikenakan Tarif 145%, IHSG Ditransaksikan Melemah"
Posting Komentar